Seni rupa modern yang berkembang di Eropa sejak awal abad
ke-19 pengaruhnya masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20. Adalah Raden Saleh seorang anak
bangsa yang telah belajar seni lukis dan mengembara di Eropa selama kurang
lebih 20 tahun pulang ke Indonesia dengan membawa gaya dan teknik melukis yang
diperoleh di Eropa.
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ),
putra keluarga bangsawan pribumi mampu melukis gaya/cara barat (alat, media dan
teknik) yang natural dan romantis. Mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen,
pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Berkeliling dan pernah
tinggal di Negara-Negara Eropa.
Para ahli menetapkan sejak kepulangan R. Saleh itulah dimulai perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Dalam perkembangannya seni rupa modern di Indonesia mengalami periodisasi sebagai berikut.
Para ahli menetapkan sejak kepulangan R. Saleh itulah dimulai perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Dalam perkembangannya seni rupa modern di Indonesia mengalami periodisasi sebagai berikut.
- Periode Perintisan
- Periode Hindia Jelita/Indonesia Molek (Mooi Indie)
- Periode Cita Nasional/PERSAGI
- Periode Pendudukan Jepang
- Periode Pasca Kemerdekaan
- Periode Pendidikan Formal
- Periode Seni Rupa Baru Indonesia
1. Periode Perintisan
Raden Saleh
Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi mampu
melukis gaya/cara barat(alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Mendapat
bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan
C. Kruseman di Den Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.
Ciri-ciri
karya lukisan Raden Saleh :
•Bergaya natural dan
romantisme
•Kuat dalam melukis potret dan
binatang
•Pengaruh romantisme Eropa
terutama dari Delacroix.
•Pengamatan yang sangat baik
pada alam maupun binatang.
Karya Raden Saleh:
•Hutan terbkar
• Perkelahian antara hidup dan
mati
•Pangeran Diponegoro
•Berburu Banteng di Jawa •Potret
para Bangsawan
Karya Raden Saleh Sjarief Bustaman,
berjudul"DIE LOWENJAGD" tahun 1840
2. Periode Hindia Jelita/Indonesia Molek (Mooi Indie)
Selanjutnya muncul
pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa perintisan, yaitu
melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia. Keadaan ini
ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat dan sebagian ada yang
menetap dan melukis keindahan alam Indonesia.
Pelukis Indonesia Molek :
•Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
•Mas Pirngadi (1875-1936)
•Wakidi
•Basuki Abdullah
•Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
•Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo
Locatelli (Itali), Lee Mayeur (Jerman) dan W.G. Hofker (Bld), Strasser (Swiss)
dll.
Ciri-ciri lukisan :
•Pengambilan obyek alam yang indah
•Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
•Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan
penonjolan nilai spiritual
•Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.
3- Periode Cita Nasional/PERSAGI
Bangkitanya kesadaran nasional
yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono, Surono,
Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar
Indonesia). Perkumpulan seniman pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi
lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak
modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian
Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
• Mementingkan nilai-nilai psikologis;
• Tema perjuangan rakyat ;
• Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata;
• Memiliki kepribadian Indonesia ;
• Didasari oleh semangat dan keberanian;
Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
• Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha,
Nirwana, Dalam Taman Nirwana
• S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu
Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
• Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
4- Periode Pendudukan Jepang
Hal-hal yang
mewarnai perkembangan seni rupa di Indonesia pada masa pendudukan Jepang antara
lain:
- Cita PERSAGI
masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk
kepentingan revolusi.
- Pemerintah
Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini
pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.
- Tahun 1943
berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar
Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan
seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi,
selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya.
Pada masa pendudukan Jepang ini
terkesan ada dua kubu seniman, yakni seniman-seniman yang pro terhadap Jepang
mereka bergabung dan berkarya dalam wadah Keimin Bunka Shidhoso. Sedangkan
yang kontra Jepang memilih masuk ke dalam kelompok PUTERA.
Hasil karya mereka mencerminkan :
•Melanjutkan cerminan dari masa cita Nasional.
Tokoh utama pada masa ini antara lain:
•S. Sudjojono
•Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
•Agus Djajasumita, Barli
•Affandi, Hendra dan lain-lain
5- Periode Pasca Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari
bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan
benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
a. Pada tahun 1946 berdiri SIM
(Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin
oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus
dan sebagainya.
b. Pada tahun 1947 berdiri
perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar
dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra,
Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
c. Pada tahun 1948 berdiri
perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya
para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan
Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono,
Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.
6- Periode Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan
berdirinya pendidikan pendidikan formal seperti:
ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) berdiri tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta yang diprakarsai oleh R.J. Katamsi.
ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) berdiri tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta yang diprakarsai oleh R.J. Katamsi.
Pada tahun 1950 di Bandung
berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Prof. Syafei
Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan
lain-lain.
Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar
berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.
Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah
menuntut terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas Negeri) yang tersebar di Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya pendidikan keseniaa
mulai masuk ke dalam kkurikulum Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.Dari Masa
Pendidikan Formal lahir pelukis-pelukis akademis seperti: Widayat, Bagong
Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi,
Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming
Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali,
But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat,
Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung)
7- Periode Seni Rupa Baru Indonesia
Pada sekitar
tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh munculnya
seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang
mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang
tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak
baru dalam kancah seni rupa Indonesia.
Kesenian yang diciptakan
berlandaskan pada konsep :
•Tidak membeda-bedakan disiplin seni
•Mengutamakan ekspresi
•Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni
tertentu
•Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru
•Besifat eksprimental
Pelopor Masa Indonesia Baru :
•Jim Supangkat,
•Nyoman Nuarta,
•S. Primka,
•Dede Eri Supria,
•Redha Sorana dan sebagainya
0 comments:
Post a Comment